Eks jagoan penantang gelar, Stephen Thompson mengulik cikal-bakal kekalahan Khamzat Chimaev pada UFC 319.
Satu hal yang pertama disorot Thompson iala teknik tak lazim milik calon lawannya, Dricus Du Plessis.
Juara kelas menengah itu dinilai sulit untuk diatasi.
Hal ini bukan gertak sambar semata mengingat Stillknocks sudah menumbangkan nama-nama jagoan elite.
Terakhir, dia membuat mantan juara kelas menengah, Sean Strickland tidak berdaya.
Bukan hanya pukulan, jagoan asal Afrika Selatan tersebut baik dalam hal kekuatan hingga grappling.
Di sisi lain, Thompson merasa Chimaev hanya menggantungkan kemenangan pada tekanan besarnya saja.
Andai lolos dari tekanan tersebut, dia yakin Du Plessis akan menangi pertarungan.
“Du Plesis terkenal miliki teknik yang tak lazim,” tukasnya, dilansir Juara.net dari Championat.com.
“Hal itu sulit untuk diatasi.”
“Kekuatan dan grappling-nya sangatlah bagus.”
“Jika dia bisa bertahan dari tekanan Chimaev, maka dia akan menang,” sambung Thompson.
Sumber pekata kedua yang disebut Thompson datang dari diri Chimaev.
Dia menyoroti kardio alias pernapasan Si Serigala yang lemah.
Kondisi ini cukup kontras saat dibandingkan dengan Du Plessis.
Panjang napas Stillknocks memang tidak perlu diragukan lagi.
Du Plessis juga lebih sering menjalani duel lima ronde penuh ketimbang Chimaev.
“Tentu saja bahwa Chimaev sudah belajar dari kesalahannya,” bedah Thompson lebih lanjut.
“Dia lebih baik dari saat menghadapi Burns.”
“Tetapi, saya lebih condong merasa Du Plessis akan menang…”
“Dricus adalah lawan yang sangat berat.”
“Di satu sisi, Khamzat sudah dikenal sebagai petarung yang kelelahan seiring jalannya pertarungan,” tutupnya.






