Islam Makhachev memasuki babak baru dalam kariernya di UFC. Setelah mendominasi kelas ringan, sahabat Khabib Nurmagomedov itu kini siap menantang diri sendiri dengan naik ke kelas welter demi mengejar sabuk juara kedua.
Langkah ini bukan tanpa risiko. Makhachev harus melepas sabuk juara kelas ringan karena UFC situs toto kini tak lagi mengizinkan petarung memegang dua gelar dari divisi berbeda secara bersamaan. Namun, keputusan berani itu mencerminkan ambisinya untuk menorehkan sejarah baru.
“Saya tidak bisa berjuang di dua kelas sekaligus, tapi saya ingin tantangan baru. Saya merasa lebih bebas sekarang, tidak perlu khawatir soal diet. Saya bisa menikmati latihan lagi,” kata Makhachev, melansir Bloody Elbow, Sabtu (1/11/2025).
Target berikutnya, Jack Della Maddalena (JDM), sang juara bertahan yang belum terkalahkan sejak debutnya di UFC pada 2022. Duel keduanya akan digelar di arena legendaris Madison Square Garden, New York, pada Minggu (16/11/2025) waktu Indonesia, dan menjadi pertarungan yang sangat ditunggu para penggemar MMA dunia.
Bagi JDM, ini akan menjadi pertahanan gelar pertamanya. Sementara bagi Makhachev, ini adalah ujian pertama di kelas 170 pon yang akan menentukan apakah dirinya bisa menjadi salah satu petarung terbaik lintas divisi dalam sejarah UFC.
Namun, Makhachev menilai lawannya kali ini belum selevel dengan para legenda kelas welter sebelumnya.
“Dia (JDM) bukan petarung dengan kekuatan gila. Kamaru Usman dan Belal Muhammad punya kekuatan yang lebih baik. Saya tidak pikir Jack lebih kuat dari saya,” ucap Makhachev.
Meski begitu, data berbicara lain. JDM dikenal memiliki pukulan berbahaya yang menumbangkan Gilbert Burns dan merebut sabuk dari Belal Muhammad. Jika Makhachev terlalu percaya diri, skenario serupa bisa saja terulang.
Apalagi, dalam duel terakhirnya melawan Dustin Poirier, Makhachev sempat menderita 144 pukulan signifikan dan harus mengandalkan kuncian untuk meraih kemenangan dramatis di ronde terakhir.
Selain itu, dari sisi fisik, Makhachev tidak jauh lebih besar dibanding lawannya. JDM punya postur 180 cm, sedikit di atas Makhachev yang berdiri di 178 cm, angka yang bisa menjadi faktor penting di kelas welter yang dikenal keras.
Namun, di balik semua risiko itu, motivasi Makhachev tetap sama: menjadi yang terbaik di dunia, di kelas mana pun.
“Ketika saya naik kelas, hidup saya berubah. Saya bisa tersenyum lagi saat berlatih,” katanya.
Kini, pertarungan di Madison Square Garden bukan hanya tentang sabuk juara, tapi juga tentang pembuktian: apakah Islam Makhachev benar-benar bisa menaklukkan kelas welter dan mengukir namanya di antara legenda UFC.






